Kamis, 24 Februari 2011

SANG MERCUSUAR


Lilin akan habis dengan sendirinya ketika api habis membakar dirinya. Dia memberikan cahaya semampunya dan hilang ketika dia tidak mendapati bagian tubuhnya yang layak untuk dibakar menjadi cahaya. Lilin tetaplah lilin, ketika api menyala maka satu persatu bagian tubuhnya meleleh, mati dan digantikan dengan lilin lainnya. Dia memberikan cahaya meskipun suatu saat akan redup, berbeda dengan mercusuar!

Mari disimak, mercusuar adalah bangunan yang kokoh berdiri menghadap kelautan atau bahkan di tengah lautan. Terkadang dia diterpa badai angin atau mungkin hantaman amuk ombak di saat pasang. Namun apapun kondisinya dia tetap berdiri tegak memberikan cahayanya. Tidak dapat dihitung berapa nelayan dan nahkoda yang tertolong karena cahaya di malam hari, kalau pun tidak ada perahu atau kapal yang berlayar maka dia pun tetap memberikan cahayanya. Ada atau tidak adanya kapal dan perahu yang berlayar dia akan tetap memberikan cahayanya.

Dia (mercusuar) menjadi sangat bermanfaat bagi lalu lintas laut dan samudera yang luas. Dia menjadi bermanfaat untuk para nelayan yang mengais rejeki demi menafkahi keluarga. Dia menjadi penting bagi urusan perjalanan banyak orang yang memilih jalur laut dari satu tempat ke tempat lainnya. Dia pun semakin tampak bercahaya, menemani peran bulan purnama sebagai rahmat Allah bagi mereka yang mencari rejeki di malam hari.

Para pembaca yang budiman kita bisa belajar dari konsep pengabdian mercusuar. Kekokohannya meskipun diterpa angin malam dan dihantam ombak menjadi instrospeksi bagi masing-masing kita akan nilai kesabaran yang disiapkan untuk sebuah perjuangan kehidupan. Cahaya yang diberikan meski ada/tidaknya kapal dan perahu yang berlayar menyiratkan makna ikhlas yang harusnya dibangun dalam diri kita, melakukan kebaikan meskipun/tidaknya orang yang melihat.

Adapun mercusuar mungkin sangat sederhana baik dari wujud dan letaknya, tapi memiliki peran yang sangat bermanfaat bagi aktifitas kelautan. Cahanya menjadi penting meskipun wujudnya tidak terlalu penting untuk dilihat, semakin penting cahayanya maka manusia menyusun sistem energi agar dia terus bisa memberikan cahanya.

Manusia pun demikian, manusia yang baik adalah manusia yang memiliki peran penting untuk sesamanya, bermanfaat untuk sesamanya. Semakin sering memberikan manfaat maka semakin sering pulalah keberadaannya dibutuhkan oleh orang-orang di sekitar. Bahkan energi manusia adalah pada akal dan ilmunya maka carilah ilmu sebanyak-banyaknya dan bertebaranlah di muka bumi untuk memberikan manfaat bagi sesamanya.


Sumber
Buku: Tuhan Tidak Tidur
Pengarang: Havabe Dita Hijratullail, Jimmy Wahyudi Bharata, Al Kalam


Tidak ada komentar: